Budidaya Padi: Panduan Praktis

Keadaan yang Serba Salah

Foto: Tumblr

Kadang manusia dihadapkan sama keadaan yang kalo dilanjutin salah, ditinggalin juga salah. Posisi ini, kalo di film Dono (sebenernya film Warkop DKI, tapi tetep aja disebutnya film Dono), namanya maju kena-mundur kena.

Kamu juga merasa tersesat. Kamu berjalan, mencoba keluar, tapi berakhir di situ-situ aja. Lubang hitam. Menyedot semua energi cuma buat mikirin harus dilanjutin apa nggak.

Ternyata, yang seperti itu bukan cuma ada di film Warkop. Dalam kehidupan sehari-hari juga seringkali kita menemukan posisi serba salah. Pokoknya bingung harus ngapain.

Misalnya, ketika ada di posisi mencintai orang yang sebenarnya udah dimiliki orang lain. Kamu senang dengan segala perhatian yang ada, dengan keadaan yang ada. Tapi di sisi lain, kamu nggak suka karena kamu nggak tau kamu itu apa, siapanya dia. Kamu bukan pacarnya, dibilang selingkuhannya juga belum, tapi dia yang berpacar begitu perhatian. Mau dilanjutin, dia pun nggak bisa putus sama pacarnya, mau mundur, tapi perhatian darinya begitu candu.

Keadaan yang lebih kompleks, ketika kamu sudah punya kekasih. Sudah lama, bahkan terlalu lama. Bertahun-tahun bersama. Tapi ketika dilihat lagi, ternyata ada unsur terpaksa dalam kebersamaan itu. Pernah salah satu atau kalian berdua, merasa sudah di titik jenuh, atau bahkan pernah terlibat di pertengkaran besar, seakan semuanya memang harus berakhir. Tapi kalian memutuskan untuk melanjutkannya, bersama. Sayangnya, bukan karena masih saling cinta, ataupun masih bisa saling percaya, tapi cuma sayang karena hubungannya sudah terlanjur lama. Biasanya juga, terkait sama saling kenalnya kedua pihak orang tua. Sekali lagi, ini terpaksa. Mau disudahi, sayang sekali hubungannya udah lama. Mau dilanjutin pun semuanya nggak lagi sama.

Gengsi juga, seringnya jadi momok yang membuat seseorang stuck berada di posisi yang serba salah. Ketika dua orang sudah menyatakan saling suka, saling perhatian, saling mengingatkan, saling ada satu sama lain, tapi nggak ada yang memulai. Ya, karena gengsi. Serba salah. Nggak ada yang mau mengalah.

Keadaan lainnya bisa sesederhana ketika jatuh cinta kepada sahabat sendiri. Pertemanan yang begitu lama dijalin. Seperti kata di televisi dan di film-film, Kita nggak bisa memilih jatuh cinta kepada siapa. Karena jatuh cinta nggak bisa memilih,

Kadang kita merasa nggak punya pilihan dalam urusan cinta.

Mungkin itu juga alasan kenapa orang-orang yang terlibat dalam jatuh cinta kepada sahabat, tetap berada di tengah. Nggak mundur, maju pun enggan. Yang ada, “mundur” itu cuma kata-kata yang kadang tercetus, tapi besoknya lupa lagi. Ngarep lagi. Nggak sadar diri lagi. Bahwasanya, dirinya hanyalah teman.

Tapi sebenarnya pilihan itu ada, kalau kita dalam keadaan jernih untuk melihatnya.

Ketika sedang berada dalam posisi yang begitu serba salah, kadang yang perlu kita lakukan hanyalah berhenti, dan bernapas. Nggak perlu banyak berpikir, karena seringkali berpikir cuma hanya menghasilkan bad mood sendiri.

Cukup dengarkan apa yang ada dalam hati. Melihat ke dalam diri. Pejamkan mata. Tarik napas lewat hidung. Hembuskan lewat mulut.

Foto: stupidbear.buzznet.com


Foto: weheartit.com


Setidaknya, itu yang selalu sukses menenangkanku. Dan sedikit-banyak memengaruhi bijaknya diri dalam mengambil keputusan.

Karena cuma kamu yang bisa nentuin nasib kamu gimana. Orang lain terlalu sibuk ngurusin diri mereka masing-masing. Jangan mau berada di satu titik yang ngasih kamu kenyamanan semu. Misalnya ada di kondisi ngarepin orang yang nggak peduli sama kamu. Orang yang tiba-tiba ada, tiba-tiba ngilang, tiba-tiba ada, tiba-tiba ngilang.

Dalam hidup, kita harus mengambil keputusan. Tegaslah. Minimal kepada diri sendiri.

Jadi, semoga abis baca postingan ini kamu bisa keluar dari ‘lubang hitam’ yang sekarang lagi berusaha menyedot semua energi kamu ya.

Komentar